Kupang, MN – Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek dari anak seusianya. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.
Stunting dapat berdampak negatif dalam jangka panjang terhadap kesehatan anak, seperti: Kesulitan belajar, Penyakit jantung dan pembuluh darah, Kemampuan perkembangan kognitif menurun, Meningkatkan risiko obesitas pada anak, Daya tahan tubuh melemah sehingga mudah terinfeksi penyakit.
Salah satu faktor yang paling menentukan tumbuh kembang anak adalah asupan nutrisi. Konsekuensi dari pemberian nutrisi yang kurang atau buruk dalam 1000 hari pertama kehidupan bayi dapat berdampak pada sunting yang bersifat ireversibel.
Berikut beberapa ciri umum stunting :
1. Pertumbuhan Melambat
Salah satu ciri stunting pada bayi dapat dilihat dari pertambahan panjang atau tinggi badannya. Jadi, ketika pertumbuhannya tidak sesuai dengan kurva standar yang diterbitkan oleh Kemenkes RI,
2. Pertumbuhan Gigi Terlambat
Selain pertumbuhan panjang dan tinggi badan, keterlambatan pertumbuhan gigi juga dapat menjadi salah satu indikasi kondisi stunting pada bayi.
3. Keterlambatan Perkembangan Kognitif
Apabila tidak segera ditangani, stunting pada anak usia 2 tahun ke bawah dapat menyebabkan penurunan kemampuan kognitif.
4. Mudah Terserang Penyakit
Bayi yang mudah sakit ternyata juga bisa menandakan ia mengalami kekurangan gizi. Bila kekurangan gizi ini dibiarkan terus terjadi, kondisi si Kecil bisa berkembang menjadi stunting.
Stunting sebagian besar disebabkan oleh masalah kekurangan gizi kronis secara berkelanjutan dalam jangka panjang (dari kehamilan sampai usia 24 bulan) , infeksi secara berulang, atau stimulasi yang tidak memenuhi syarat.
Tentunya masalah stunting harus menjadi perhatian semua pihak, secara khusus di Kota Kupang. Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi kepada awak media belum lama ini mengatakan, stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini tercatat di peringkat kedua tertinggi secara nasional. Karena itu perlu penguatan bagi upaya pemerintah dalam menangani masalah ini. Stunting tertinggi ada di Kecamatan Maulafa dan Kecamatan Alak. Tercatat ada 4.086 bayi yang mengalami stunting di Kota Kupang.
Target Pemerintah Kota Kupang yang dipimpinnya saat ini adalah menurunkan angka stunting menjadi 2.000 kasus dalam waktu 6 bulan mendatang, dengan berbagai program intervensi yang akan dimaksimalkan, termasuk edukasi gizi dan program bantuan pangan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati, M. Kes kepada media ini di ruang kerjanya, Rabu (13/11/2024) menjelaskan, Prevalensi atau jumlah keseluruhan stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2023 sebesar 37,9%, yang tertinggi adalah kabupaten TTS (50,1%) dan terendah kabupaten Ngada ( (21,3%) dan Kota Kupang berada pada urutan ke 5 terendah dengan prevalensi 29,9%
Sementara, Prevalensi Stunting di Kota Kupang pada Agustus 2024 sebesar 18,4% (4086), Prevalensi tertinggi adalah Kecamatan Kelapa Lima (24.9%) namun jumlah balita stunting tertinggi adalah Kecamatan Maulafa dengan 1086 dan terendah di Kecamatan Kota Lama.
Dalam upaya menangani stunting di Kota Kupang, Dinas Kesehatan yang dipimpin drg. Retnowati, M.Kes, telah melakukan stunting Intervensi spesifik melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada anak Balita. Anggaran sebesar Ro.2,592,720.000 dari dana DAK tahun 2024 ini telah digunakan untuk pemenuhan gizi Balita dan ibu hamil melalui program PMT kepada 1220 Balita gizi kurang dan 568 ibu hamil, Penyediaan F100 dari dana DAU 2024 untuk tatalaksana 350 Balita gizi buruk dengan anggaran sebesar Rp.751.920.000, penyediaan nutrisi POK dari dana DAU 2024 untuk 2475 anak T (weight Faltering) sebesar Rp.900,450,000, penyediaan nutrisi PKMK untuk tatalaksana stunting untuk 3.436 anak dari dana DAU 2023 sebesar Rp. 2.446.788.000 dan penyediaan TTD dana DAK 2024 untuk remaja putri dan ibu hamil dengan total anggaran sebesar Rp 70,000,000, selebihnya didapatkan melalui obat dari Kementerian Kesehatan RI.
Selain mendapatkan dukungan dari para orangtua asuh, kerja kolaborasi penanganan stunting secara teknis di Kota Kupang melalui 12 Puskesmas dan 352 Posyandu. Posyandu sebagai ujung tombak memiliki peran penting dalam penanganan stunting, khususnya dalam upaya pencegahan stunting pada balita.
Posyandu melalui para kadernya secara aktif dan terjadwalkan melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin, seperti mengukur tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala, Para Kader Posyandu juga memberikan edukasi kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan pengasuh anak tentang stunting dan langkah pencegahannya, jika ditemukan anak dengan tanda-tanda stunting. posyandu akan melakukan rujukan ke tenaga kesehatan di Pustu dan Puskesmas. Posyandu juga menyalurkan pemberian makanan tambahan (PMT) kepada balita gizi kurang atau stunting dan menyelenggarakan program-program pencegahan stunting, seperti POPM (Pemberian Obat Pencegahan Pasal) cacingan, penanggulangan diare, sanitasi dasar, dan peningkatan gizi (MN)