Tak Hanya Malnutrisi, Kebersihan Lingkungan dan Air Bersih Penting Atasi Stunting di Kota Kupang 

Kupang, MN – Masalah Stunting di Kota Kupang harus menjadi perhatian serius bersama semua pihak. Sangatlah penting kita memiliki keluarga yang sehat. Untuk itu, jika salah satu keluarga memiliki anak lebih dari dua, keluarga tersebut harus memastikan ada dukungan ekonomi yang memadai, lingkungan yang sehat dan akses air bersih. Demikian diungkapkan, Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi dalam kegiatan Gerakan Kemanusiaan Penanganan Stunting, yang digelar secara serentak di 12 puskesmas di Kota Kupang. Rabu (16/10/2024)

 

Selain malnutrisi, kurangnya akses air bersih dan sanitasi yang buruk ternyata juga  menjadi penyebab  tingginya angka stunting di Indonesia.  Menurut riset Kementerian Kesehatan (Kemkes), stunting yang disebabkan oleh tidak adanya air bersih dan sanitasi buruk mencapai 60 persen, sementara yang dikarenakan gizi buruk “hanya” 40 persen. Tak heran, kalau akses air bersih masuk sebagai salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) dengan target tahun 2030.

 

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia untuk memenuhi standar kehidupan secara sehat.  Karena itulah, Rencana Pembangunan Jarak Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah tahun 2020-2024 berfokus pada peningkatan target akses sanitasi dan air bersih yang berkelanjutan. RPJMN ini memiliki target 100% akses air minum layak dan menyediakan akses air minum perpipaan dengan membangun 10 juta pipa sambungan rumah tangga.

 

Air bersih tidak dapat diabaikan karena digunakan untuk berbagai aktivitas sehari-hari, mulai dari mandi, cuci dan  kakus (MCK), hingga air bersih untuk dikonsumsi. Menurut Ignasius Dwi Atmaja Sutapa, Direktur Eksekutif Asia Pacific Center for Ecohydrology United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (Apce-UNESCO),  ketiadaan akses air bersih ibarat anak mendapat asupan makanan bergizi dengan peralatan makan yang kotor, sehingga tidak ada penyerapan gizi di pencernaan.

Baca Juga   Perbup Belum Jadi, Penguburan Pasien Corona di Matim Tidak Dibiayai Pemda

 

Mengapa air bersih dan sanitasi menjadi faktor esensial dalam pencegahan stunting?  Hubungan antara konsumsi air kotor dengan stunting terletak pada banyaknya mikroorganisme (seperti patogen dan bakteriE.coli) pada air kotor yang bila dikonsumsi dapat mengganggu sistem di tubuh manusia.

 

Beberapa penyakit yang mengintai di air kotor adalah diare dan cacingan. Anak yang sulit mendapatkan akses air bersih, misalnya, bisa mengalami diare berulang kali.  Padahal, saat diare, ada banyak cairan dan mikronutrien (nutrisi penting) yang terbuang dari dalam tubuh anak. Zinc salah satunya. Saat tubuh kekurangan Zinc, maka usus yang terganggu fungsinya selama diare tidak bisa diregenerasi kembali. Berdasarkan penelitian, kekurangan zinc pada saat anak-anak dapat menyebabkan  stunting dan terlambatnya kematangan fungsi seksual.

 

Ketiadaan akses air bersih juga membuat anak rentan terkena infeksi cacing. Mulanya cacing yang masuk ke dalam tubuh akan menyerap nutrisi pada tubuh anak, lalu membuat nafsu makannya menurun.  Jika terus terjadi, kondisi ini akan menyebabkan anak mengalami malnutrisi dan menyebabkan pertumbuhan anak melambat. inilah yang mengakibatkan seseorang mengalami stunting akibat infeksi cacing.

 

Stunting  sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh  pada anak (pertumbuhan  tubuh dan otak ) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.  Gangguan ini ditandai dengan tinggi badan anak yang kerdil atau jauh lebih pendek dibandingkan teman seusianya.

 

Karena itulah pencegahan stunting, tidak hanya terkait soal asupan gizi yang baik pada 1.000 hari pertama kehidupan, tetapi juga memastikan kecukupan kebutuhan air bersih dan kebersihan lingkungan.

Baca Juga   Linus Lusi Pimpin Pemkot Kupang Kejar Target Penurunan Stunting 2000 Kasus

 

Sesuai data Dinas Kesehatan Kota Kupang, Program Penanganan Stunting di Kota Kupang Tahun 2023 hingga Agustus 2024 dilakukan melalui dua cara yakni,

Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Sensitif. Intervensi Spesifik (Peran Dinas Kesehatan 30%) di antaranya, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk Balita, Bumil dan KEK, pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil dan remaja putri, promosi dan konseling menyusui, promosi dan konseling pemberian makanan tambahan untuk bayi dan anak

 

Intervensi gizi Sensitif (Peran Dinas Kesehatan 70%) di antaranya, program penyehatan lingkungan, sarana air bersih dan PU, akses pelayanan KB (DP2KB) Jaminan kesehatan dan bantuan bagi keluarga miskin (Dinsos/DP3A), konseling perubahan perilaku bagi orang tua dan anak, penyebarluasan informasi melalui berbagai media (Infokom)

 

Sesuai anggarannya, penanganan Stunting melalui  intervensi spesifik tahun 2024 di antaranya, Pemberian Makanan Tambahan dana DAK 2024 untuk 1220 Balita gizi kurang dan 568 ibu hamil KEK dengan total anggaran sebesar Rp.2,592,720,000, Penyediaan F100 dana DAU 2024 untuk Tatalaksana 350 Balita gizi buruk sebesar Rp.751.920.000, penyediaan nutrisi PDK dana DAU 2024 untuk 2475 anak T (Weight Faltering) sebesar Rp.900,450,000, penyediaan nutrisi PKMK untuk tatalaksana Stunting dana DAU 2023 untuk 3436 anak sebesar Rp.2.446.788.000 dan penyediaan TTD dana DAK 2024 untuk remaja putri dan ibu hamil sebesar Rp.70,000,000.

 

Sesuai data Survey Kesehatan Indonesia (SKI)  Prevalensi Stunting di Provinsi NTT tahun 2023 sebesar 37,9%, yang tertinggi adalah Kabupaten TTS (50,1%) dan terendah Kabupaten Ngada (21,3%) dan Kota Kupang berapa di urutan ke 5 terendah dengan 29,9% atau lebih tinggi satu angka dari target 28,5% tahun 2024. Sementara, prevalensi Stunting Kota Kupang per Agustus 2024 berdasarkan ePPGBM berada di angka 18,4% dengan jumlah anak stunting sebanyak 4086 atau jauh lebih rendah dari target  28,5% tahun ini.

Baca Juga   Miliki Kualifikasi Tipe C, RSUD SK Lerik Kota Kupang Makin Siap Melayani Kesehatan Masyarakat

 

Berikut capaian prevalensi stunting Kota Kupang per Agustus 2024 berdasarkan ePPGBM. Kota Kupang prevalensinya 18,4% atau 4086 anak stunting. Kecamatan Kelapa Lima 24,9% atau 942 anak stunting, Maulafa 19,8% atau 1086 anak stunting, Kota Raja 19,5% atau 381 anak stunting, Oebobo 18,3% atau 773 anak stunting, Alak 14,9% atau 791 anak stunting dan Kota Lama 7,7% atau 113 anak stunting. Sesuai data ePPGBM ini, Prevalensi Stunting di Kota Kupang per Agustus 2024 sebesar 18,4%, yang tertinggi adalah Kecamatan Kelapa Lima dengan 24,9% dan terendah Kecamatan Kota Lama dengan 7,7% atau 113 anak stunting.

 

Sementara, tren capaian stunting Kota Kupang menurut ePPGBM tahun 2021 prevalensi stunting Kota Kupang berada di angka 26,1%, tahun 2022  pada 21,5%, tahun 2023 pada 17,2% dan Agustus 2024 pada 18,4% atau satu angka lebih tinggi dari prevalensi tahun 2023 lalu yang hanya 17,2%. (MN)

error: PT. Sosoralo Mikan Media